NIIMNEWS.COM, JAKARTA – Harga tes PCR sempat beberapa kali mengalami perubahan. Di awal pandemi Covid-19 bisa mencapai Rp2,5 juta, secara bertahap harga turun menjadi Rp275.000 ribu untuk wilayah Jawa-Bali, sedangkan untuk daerah lain sebesar Rp300.000 ribu.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir menjelaskan mengenai harga tes PCR yang berubah-ubah, hal ini berkaitan erat dengan faktor supply dan demand.
Honesti Basyir juga menyampaikan, bahwa di awal pandemi, alat untuk melakukan tes PCR dan juga laboratoriumnya juga masih sangat terbatas, sehingga mempengaruhi harga layanan.
“Saya masih ingat di bulan Maret 2020, kita semua bingung. Saya dengan Pak Menkes waktu beliau masih Wamen BUMN, kita bingung ini alat tes yang paling bagus untuk mendeteksi apa. Semuanya baru, kita dapat ada yang namanya tes PCR produksi Roche, sehingga kita berburu produksi itu, ternyata Roche juga ada yang berbagai macam kategori. Ada yang kapasitas besar, ada yang open system, kita belajar lagi, semuanya bertahap dan kita mempelajari juga,” ujar Honesti Basyir dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, Selasa (9/11/2021).
Kemudian Basyir mengatakan, saat pertama kali mesin PCR didatangkan, Bio Farma serahkan kepada Rumah Sakit. Namun, SDM yang mengoperasikan mesin itu harus dilatih terlebih dahulu. Sedangkan, saat itu laboratorium swasta belum banyak yang bisa mengoperasikannya.
“Jadi demand-nya besar, supply-nya ada, tetapi kita juga belum mengerti, sehingga waktu itu harganya berdasarkan mekanisme pasar, tidak ada penetapan. Sehingga ada juga beberapa laboratorium yang melakukan bundling dengan layanan lain karena mereka tidak tahu harga servisnya itu layak atau tidak. Kemudian ada juga yang memberikan tarif berdasarkan waktu penyelesaian,” jelas Basyir.
“Jadi semua ini yang menjadi pembelajaran buat kita, kenapa harganya seperti itu dari harganya di atas Rp 2 juta kemudian turun,” lanjut Basyir.
Basyir menuturkan berapa persen penurunan tes PCR masih dalam kajian Bio Farma. Namun, menurutnya dengan semakin banyaknya suplai dari dalam negeri, masih ada ruang untuk kembali menurunkan batas tarif tertinggi tes PCR.
Sumber:BeritaSatu.com