/

Prediksi Jakarta Tenggelam Tahun 2050

NIIMNEWS.COM , JAKARTA – Profesor Riset bidang Meteorologi Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN memprediksi bahwa beberapa lokasi di Jakarta akan tenggelam pada 2050.

“2050 kenaikan paras muka laut akan membanjiri daerah Jakarta seluas lebih kurang 160,4 km persegi,” kata Eddy, di Webinar BRIN

Wilayah daratan ini berkurang akibat naiknya air laut yang mengakibatkan walayah di Tanjung Priok Sunter, Kemayoran, Ancol, Kota, Pluit, Penjaringan, Kapuk, serta Tol Bandara menjadi terendam.

Di tengah ramainya prediksi bahwa Jakarta tenggelam pada 2050, konsep Kota Laut (Sea Cities) menjadi salah satu solusi yang ditawarkan oleh para ahli desain tata kota.

Konsep ini mentransformasikan semua elemen kota misalnya pemukiman, fasilitas sosial dan ekonomi, transportasi, serta jaringan infrastruktur dari yang berbasis daratan menjadi berbasis permukaan lautan.

Sea Cities memperluas cara pandang kehidupan kota yang tidak selalu berbasis daratan. Jadi konsep ini menata ulang pola hubungan kota dan lautan.

Konsep sea cities menawarkan empat strategi untuk beradaptasi dengan kenaikan air laut.

  1. Pertama, pengambil kebijakan memperkuat sistem infrastruktur perlindungan laut yang menggerus daratan. Penguatan dapat berupa pondasi pantai, pemecah ombak, tanggul, termasuk tanggul raksasa seperti yang dikembangkan Jakarta melalui proyek tanggul laut di pantai.
  2. Kedua, pengambil kebijakan mengakomodasi kenaikan air laut melalui adaptasi secara fisik, sosial, dan ekonomi di kota pesisir. Ide ini pada dasarnya membiasakan masyarakat terdampak dengan fakta dan nilai baru tentang diperlukannya untuk hidup ‘berdampingan’ dengan air. Meninggikan lantai atau mendesain ulang aturan bangunan di pesisir adalah sebagian contoh dari taktik ini.
  3. Ketiga, pengambil kebijakan melepaskan kota. Taktik ini berasumsi bahwa kota tidak lagi mampu menampung tekanan kenaikan air laut. Biaya untuk melindungi atau menyesuaikan kota dapat melebihi manfaat yang diperoleh. Saat pola hubungan kota dan laut tidak bisa disatukan, terpaksa harus dipisah, yakni mundur atau menjaga jarak dengan lautan. Walau demikian, strategi ini tidak harus dipahami lepas total dari laut.
  4. Terakhir, taktik mengapung. Tapi banyak orang yang memandang taktik ini terlalu radikal. Banyak yang menganggap struktur terapung begini lemah dalam menghadapi fluktuasi dan kekuatan gelombang maupun badai.

Perlu diketahui,Kenaikan air laut yang berbarengan dengan penurunan permukaan tanah (land subsidence) kombo yang bikin Jakarta tenggelam. Sementara itu, kemampuan kota untuk menyediakan air dari sumber permukaan juga terbatas.

Tag

Bagikan

TINGGALKAN BALASAN

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Leave a Comment

INDEKS

Prediksi Jakarta Tenggelam Tahun 2050

NIIMNEWS.COM , JAKARTA – Profesor Riset bidang Meteorologi Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN memprediksi bahwa beberapa lokasi di Jakarta akan tenggelam pada 2050.

“2050 kenaikan paras muka laut akan membanjiri daerah Jakarta seluas lebih kurang 160,4 km persegi,” kata Eddy, di Webinar BRIN

Wilayah daratan ini berkurang akibat naiknya air laut yang mengakibatkan walayah di Tanjung Priok Sunter, Kemayoran, Ancol, Kota, Pluit, Penjaringan, Kapuk, serta Tol Bandara menjadi terendam.

Di tengah ramainya prediksi bahwa Jakarta tenggelam pada 2050, konsep Kota Laut (Sea Cities) menjadi salah satu solusi yang ditawarkan oleh para ahli desain tata kota.

Konsep ini mentransformasikan semua elemen kota misalnya pemukiman, fasilitas sosial dan ekonomi, transportasi, serta jaringan infrastruktur dari yang berbasis daratan menjadi berbasis permukaan lautan.

Sea Cities memperluas cara pandang kehidupan kota yang tidak selalu berbasis daratan. Jadi konsep ini menata ulang pola hubungan kota dan lautan.

Konsep sea cities menawarkan empat strategi untuk beradaptasi dengan kenaikan air laut.

  1. Pertama, pengambil kebijakan memperkuat sistem infrastruktur perlindungan laut yang menggerus daratan. Penguatan dapat berupa pondasi pantai, pemecah ombak, tanggul, termasuk tanggul raksasa seperti yang dikembangkan Jakarta melalui proyek tanggul laut di pantai.
  2. Kedua, pengambil kebijakan mengakomodasi kenaikan air laut melalui adaptasi secara fisik, sosial, dan ekonomi di kota pesisir. Ide ini pada dasarnya membiasakan masyarakat terdampak dengan fakta dan nilai baru tentang diperlukannya untuk hidup ‘berdampingan’ dengan air. Meninggikan lantai atau mendesain ulang aturan bangunan di pesisir adalah sebagian contoh dari taktik ini.
  3. Ketiga, pengambil kebijakan melepaskan kota. Taktik ini berasumsi bahwa kota tidak lagi mampu menampung tekanan kenaikan air laut. Biaya untuk melindungi atau menyesuaikan kota dapat melebihi manfaat yang diperoleh. Saat pola hubungan kota dan laut tidak bisa disatukan, terpaksa harus dipisah, yakni mundur atau menjaga jarak dengan lautan. Walau demikian, strategi ini tidak harus dipahami lepas total dari laut.
  4. Terakhir, taktik mengapung. Tapi banyak orang yang memandang taktik ini terlalu radikal. Banyak yang menganggap struktur terapung begini lemah dalam menghadapi fluktuasi dan kekuatan gelombang maupun badai.

Perlu diketahui,Kenaikan air laut yang berbarengan dengan penurunan permukaan tanah (land subsidence) kombo yang bikin Jakarta tenggelam. Sementara itu, kemampuan kota untuk menyediakan air dari sumber permukaan juga terbatas.

Tag

Bagikan :

TINGGALKAN BALASAN

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Leave a Comment